Cabaret Chairil: Kediaman (Home/Stillness) Vol. 1


Program Cabaret Chairil edisi Juli 2018 berjudul Kediaman (Home/Stillness) Vol.1 telah usai. Terima kasih untuk para penonton yang aktif terlibat dalam program ini (menonton dan berdiskusi), terima kasih pada ketiga seniman/kelompok yang telah mempresentasikan karya-karya sedang tumbuhnya: Teater Ghanta (Jakarta), Rokateater (Yogya), dan Aliansyah Caniago (Bandung), dan tentunya terima kasih pada kurator muda program ini, Taufik Darwis.

Cabaret Chairil adalah ruang transit untuk menampilkan repertoar pertunjukan eksperimental lintas medium dan disiplin. Ruang transit ini adalah laboratorium kepenontonan bersama antara penonton dan penampil untuk mengelola ragam pertumbuhan gagasan, karya, dan agenda estetik. Dalam taraf tertentu, Cabaret Chairil menimbang ulang dan mengkaji berbagai konvensi avant-garde seperti dada, futurism, happening dan atau performance art. Harapannya, program ini mampu menjadi ruang tumbuh bersama, baik penonton maupun seniman.
Tahun ini, dalam beberapa edisinya, melalui kurasi dramaturg muda dari Bandung, Taufik Darwis, Cabaret Chairil bermaksud menelaah isu “Kediaman” sebagai sang alterego dari “Kemajuan”. Bahasa Indonesia yang liat mengantarkan pada kita dua pengertian dari kata kediaman; pertama mengenai tempat (rumah), kedua mengenai keadaan. Jika pada pengertian pertama, tersirat watak rumah sebagai tempat menangkap dan merawat yang diam (dan atau yang tetap/asli/asali), pengertian kedua mengajak kita berpikir atas watak diam dari segala yang bergerak. Asumsi kami, terutama di tengah dunia yang terus sedang tegang mempercakapkan batas-batas antara dalam dan luar rumah, telaah kita tahun ini akan mengajak kita menemui ragam rumah yang terus bergerak dan ragam keadaan diam dalam pelarian, lengkap dengan setiap tabrakan dan persimpangan berharga di antara keduanya

Sekali lagi terima kasih, dan sampai bertemu di Cabaret Chairil edisi selanjutnya di bulan September 2018.


Kopi Pagi Majelis Dramaturgi Edisi Juli 2018

Di setiap pagi setelah presentasi Cabaret Chairil, Teater Garasi menggelar Kopi Pagi Majelis Dramaturgi. Dimoderatori Ugoran Prasad (artistic associates Teater Garasi), forum ini membicarakan lebih jauh karya yang dipresentasikan dalam Cabaret Chairil “Kediaman (Home/Stillness) Vol. 1”, yang dikuratori Taufik Darwis, juga calon karya dari teman-teman kreator dalam forum.

Pada 13 Juli 2018 adalah pagi terakhir pertemuan kami di edisi Juli ini. Terima kasih atas keramaian dan asupan diskusi yang hangat, seru dan menyenangkan. Sampai bertemu di Kopi Pagi Majelis Dramaturgi bulan September 2018 mendatang yang berbarengan dengan Cabaret Chairil edisi September 2018.


CABARET CHAIRIL: KEDIAMAN (HOME/STILLNESS) Vol.1

 


CABARET CHAIRIL

KEDIAMAN (HOME/STILLNESS) Vol. I
Kurator: Taufik Darwis

Rabu dan Kamis, 11-12 Juli 2018
Studio Teater Garasi
Jl. Jomegatan No. 164B, Nitiprayan, Yogyakarta


Rabu, 11 Juli 2018, pukul 20.00 WIB (pertunjukan dan diskusi)
Teater Ghanta (Jakarta) – TAK ADA MIKROFON UNTUK TAKDIR (#1- Side B )
Rokateater (Yogya) – PASSPORT, PASSPHOTO

Kamis, 12 Juli 2018, Pk 18.00 – 22.00 WIB (3 jam pertunjukan dan diskusi)
Aliansyah Caniago
CON(TRA)CEPTUAL ART: REAL AND UNREAL

CABARET CHAIRIL adalah ruang transit untuk menampilkan repertoar pertunjukan eksperimental lintas medium dan disiplin. Ruang transit ini adalah laboratorium kepenontonan bersama antara penonton dan penampil untuk mengelola ragam pertumbuhan gagasan, karya, dan agenda estetik. Dalam taraf tertentu, Cabaret Chairil menimbang ulang dan mengkaji berbagai konvensi avant-garde seperti dada, futurism, happening dan atau performance art.

Dalam beberapa edisinya tahun ini, melalui kurasi dramaturg muda dari Bandung, Taufik Darwis, Cabaret Chairil bermaksud menelaah isu “Kediaman” sebagai sang alterego dari “Kemajuan”. Bahasa Indonesia yang liat mengantarkan pada kita dua pengertian dari kata kediaman; pertama mengenai tempat (rumah), kedua mengenai keadaan. Jika pada pengertian pertama, tersirat watak rumah sebagai tempat menangkap dan merawat yang diam (dan atau yang tetap/asli/asali), pengertian kedua mengajak kita berpikir atas watak diam dari segala yang bergerak. Asumsi kami, terutama di tengah dunia yang terus sedang tegang mempercakapkan batas-batas antara dalam dan luar rumah, telaah kita tahun ini akan mengajak kita menemui ragam rumah yang terus bergerak dan ragam keadaan diam dalam pelarian, lengkap dengan setiap tabrakan dan persimpangan berharga di antara keduanya.         

Pada Vol. I ini kami mengundang 3 seniman/kolektif dari Bandung, Jakarta dan Yogyakarta yang bekerja dengan objek dan “ruang-ruang tinggal”.

Teater Ghanta didirikan tahun 1995 di Jakarta dan pada tahun 2014 memutuskan menjadi sebuah platform kolaborasi terbuka untuk mengakomodasi perubahan sebagai jalan kerja kreatifitas. Secara luas berupaya membangun hubungan dengan seniman lintas batas dan disiplin, serta lembaga-lembaga yang mendukung kerja seni, untuk membuat program kolaborasi dalam merespon situasi publik.

rokateater dibentuk pada 28 Oktober 2016 sebagai komunitas pertemuan seniman generasi berwawasan 2000-an/kelahiran 1990-an dengan modus program pengkajian dan penciptaan seni. Fokus utama rokateater saat ini adalah mempelajari isu di sekitar komunitas sosial anak muda yang terus menerus mengalami isu tentang ‘perubahan’ yang ‘cepat dan segera’.

Aliansyah Caniago mendapatkan penghargaan ‘Top Honor of Indonesian Art Award” dari Galeri Nasional pada tahun 2017. Melalui karya-karyanya berupa intervensi situs spesifik, instalasi, dan performans berdurasi, ia mengembangkan karya-karya yang sedekat mungkin untuk bisa bekerja langsung bersama komunitas dan dapat membaur dengan masyarakat, memasuki area-area berkonflik secara kreatif serta berusaha memperbaiki kerusakan lingkungan.


Live@Teater Garasi + YNK : YES NO KLUB ≠35

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Live@Teater Garasi + YNK : YES NO KLUB ≠35

Pada edisi ke-35 kali ini Yes No Klub bekerjasama dengan LATG (Live@Teater Garasi) dan Hasana Editions. Pertunjukan akan fokus pada eksplorasi bunyi dan musik melalui elaborasi perangkat elektronik, digital, resonansi bunyi pada benda temuan dan benda olahan sebagai instrumen musik.

Jumat, 6 Juli 2018
Live: 19.00-23.00
Teater Garasi
Jl. Jomegatan No. 164 B, Nitiprayan, Yogyakarta

RAJA KIRIK
Yennu Ariendra & J Mo’ong Santoso Pribadi
Featuring Jay Afrisando

Raja Kirik merupakan album musik bagian dari proyek seni “Image of the Giant (War of Naration)” dari Yennu Ariendra dan J Mo’ong Santoso Pribadi.

Yennu Ariendra adalah musisi elektronik dan sound designer yang dikenal luas sebagai bagian dari Melancholic Bitch, Belkastrelka dan Teater Garasi/Garasi Performance Institute. Ketertarikannya pada sejarah, budaya tradisional dan kaitannya dengan kondisi sosial-politik kontemporer tertuang dalam beberapa proyek seni interdisipliner seperti Menara Ingatan dan What is Your Story Today (WYST).

J Mo’ong Santoso Pribadi mempelajari musik tradisional dan etnomusikologi secara akademik. Ia tertarik bereksperimen dengan bebunyian baru yang mendorongnya untuk menciptakan instrumen musik dari benda-benda yang ditemui disekitarnya. Limbah Berbunyi adalah proyek musik kolaboratif bersama beberapa musisi yang menciptakan instrumen musik dan pertunjukan improvisasi. Moong juga seorang komposer yang banyak membuat komposisi musik baik lokal maupun internasional.

DJ set: 22.00-01.00
Oxen Free
Jl. Sosrowijayan No. 2, Yogyakarta

HASANA EDITIONS:
Duto Hardono
Riar Rizaldi

Hasana Editions, sebuah label produksi aural dan praktik seni berbasis suara asal Bandung secara khusus menampilkan repertoar dari Riar Rizaldi dan Duto Hardono, dua seniman multi-displin yang juga bekerja dengan suara baik pertunjukan maupun instalasi.

Tiket
IDR 25.000 (On The Spot)
Tempat terbatas (100 orang)

Didukung oleh Teater Garasi/Garasi Performance Institute, Hasana Editions, Oxen Free, We Need More Stages

https://soundcloud.com/yesnoklub/sets/ynk35/

#yesnoklub #ynk35 #LATG

——

Live@Teater Garasi #LATG adalah ruang pertunjukan musik periodik yang dikuratori oleh Rizky Sasono. Sebagai ruang intervensi di ranah global, LATG menghadirkan musisi-musisi cutting edge dan lintas genre, serta menghadirkan ide-ide kreatif dalam komunikasi yang intim bersama audiens.
Musisi-musisi yang pernah tampil dalam Live@Teater Garasi antara lain : Belkastrelka, Risky Summerbee & the Honeythief, Ned Branchi, Brilliant at Breakfast, Ken Stringfellow, Stars & Rabbit, Sarita Fraya, Jay & the Gatra Wardaya, Kartika Jahja, Frau, White Shoes & the Couples Company, Adhitia Sofyan, Wangi Hujan, Adrian Adioetomo, Endah & Rhesa, Melancholic Bitch, Dialog Dini Hari, Barefood, FSTVLST, Whistlerpost, Bonita & the Hus Band, Gerald Situmorang, Tommy Pranoto, Sisir Tanah.

Yes No Klub merupakan platform berskala kecil bagi eksperimentasi musik dan eksplorasi seni bunyi terkait yang dikurasi secara berkala oleh Wok The Rock dan Tim O’Donoghue. Pada tiap peristiwa artistiknya bekerja bersama ruang, kolektif seni, komunitas dan spektator untuk memperkuat relasi sosial, jejaring dan stabilitas ekonominya.

KINEKLASSIK: Different Faces of Realism in Cinema

KINEKLASSIK: Different Faces of Realism in Cinema adalah seri kedua dari empat seri Kineklassik yang akan hadir di Teater Garasi tahun ini. KINEKLASSIK adalah bagian dari program Klub Tonton dan Periksa (KTP) Teater Garasi, yang bekerja sama dengan Jean-Pascal Elbaz sebagai kurator film dan SIMAMAT sebagai rekan diskusi dan pelaksanaan pemutaran film.

Pemilihan dari film-film yang akan diputar dalam KINEKLASSIK, tidak bermaksud untuk menelusuri secara teoritis sejarah sinema melalui karya utamanya, tetapi untuk menemukan atau (kembali) menemukan film-film yang penting dan terkadang diabaikan yang terus berdampak pada penonton saat ini dan merupakan karya referensi dalam dirinya maupun dalam genre-nya.

Program KINEKLASSIK ini mengambil tema “Revisiting the Classics: Perjalanan melalui karya-karya sinema masterpiece dan film lainnya yang terabaikan” yang akan diselenggarakan dalam empat seri: Kubrick’s World, Different Faces Of Realism In Cinema, All About Naration, dan Scorcese’s Universe.

Jadwal Pemutaran Film
KINEKLASSIK: DIFFERENT FACES OF REALISM IN CINEMA
Kurator: Jean Pascal Elbaz

Kamis – Sabtu, 28-30 Juni 2018
15.30 WIB – Selesai
Studio Teater Garasi, Jl. Jomegatan 164B Yogyakarta

Kamis, 28 Juni 2018
– The Naked Island, Kaneto Shindo (BW, 1960, 96mn)
– The Atalante, Jean Vigo (BW, 1934, 89mn)

Jumat, 29 Juni 2018
– Sunrise: A Song of Two Humans, F.W. Murneau (BW, 1927, 95mn)
– Mamma Roma, Pier Paolo Pasolini (BW, 1962, 106mn)

Sabtu, 30 Juni 2018
– Mon Oncle (My Uncle), Jacques Tati (C, 1958, 160mn)
– Diskusi
Pembicara:
1. Tunggul Banjaransari (Sutradara film, Filmmaker, Dosen UDINUS Semarang)
2. Irfanuddien Ghozali (Aktor, Sutradara teater)
Moderator:
Tito Imanda (Antropolog, Filmmaker, Peneliti dan Pengkaji Film)

Realisme adalah genre fundamental dalam sinema, sebagaimana ia adalah interogasi besar atas kenyataan yang telah dieksplorasi oleh pembuat film (dan juga bisa dikatakan seluruh seniman di dunia), yang terus menerus mencari bentuk dan batasnya. Sebelum era ‘French New Wave’, realisme puitik, neorealisme, ada realisme. Di awal abad 20, ketika lukisan atau sastra semakin menyentuh abstraksi, sinema dan teater justru menuntut pemanggungan realistis. Pendekatan atas kenyataan ini senatural kelahiran sinema, pergerakan fotografi yang diberi kehidupan, sinema tertarik pada kehidupan manusia, karakter mereka, tingkah lakunya, dan sejarahnya. Di seri Kineklassik kali ini, kita akan melihat berbagai macam wajah realisme.

Di ‘Naked Island’, film yang aneh dan cantik, batasan antara dokumenter dan fiksi hampir tak terbaca, ketika kita menemukan kekerasan hidup sebuah keluarga yang tinggal di sebuah pulau tanpa air. ‘The Atalante’, karya master dari Jean Vigo, realisme kehidupan di atas kapal dicampur dengan puisi dan fantasi. ‘Sunrise: A Song of Two Humans’ adalah film bisu ekspresionis, dikagumi sebagai salah satu yang terbaik, kisah yang sederhana, penuh emosi, melampaui ruang dan waktu; sedangkan ‘Mamma Roma’ adalah neorealisme versi Pasolini, politis dan liris, penampilan terindah dari seorang aktris yang dapat dibayangkan oleh seseorang.

Seri ini ditutup dengan ‘My Uncle’ di mana kenyataan bersumber dari komedi yang tak terbatas dan visual puitik yang mengilustrasikan perubahan kenyataan di dunia.