Malam Pembacaan Cerita “5 Cinta Pada 1 Malam”

poster 5 cinta pada 1 malam

Malam Pembacaan Cerita
5 Cinta Pada 1 Malam
14 Februari 2015 Pukul 19.30 WIB
Garasi Performance Institute
Nitiprayan 164B Jogjakarta

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya Garasi Performance Institute kembali menggelar pembacaan karya sastra terpilih secara rutin. Kali ini secara khusus Malam Pembacaan Cerita akan menghadirkan lima orang penulis cerita terkini Indonesia: Agus Noor, Gunawan Maryanto, Komang Ira Puspita, Naomi Srikandi dan Puthut EA. Lima penulis dengan gaya dan pendekatan yang berbeda ini untuk pertama kalinya akan berbagi panggung dan membacakan sendiri cerita-cerita mereka. Dalam 5 Cinta Pada 1 Malam mereka akan berbagi cintanya pada dunia dan kenyataan-kenyataan yang melingkupinya, cintanya pada sesama, dan cintanya pada dunia sastra yang telah sekian lama mereka geluti. Di sela-sela pembacaan akan diberlangsungkan obrolan ringan perihal proses kreatif dan cerita-cerita yang dibacakan. Di samping pembacaan akan digelar pula bursa buku sastra.

5 Cinta Pada 1 Malam adalah seri pertama malam pembacaan sastra yang akan rutin digelar di Garasi Performance Institute di tahun 2015.

Biodata Penulis

Agus Noor menulis banyak prosa, cerpen, naskah lakon (monolog dan teater) juga skenario sinetron. Beberapa buku yang telah ditulisnya antara lain, Memorabilia, Bapak Presiden yang Terhormat, Selingkuh Itu Indah, Rendezvous (Kisah Cinta yang Tak Setia), Matinya Toekang Kritik, Potongan Cerita di Kartu Pos, Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, Ciuman yang Menyelamatkan dari Kesedihan, dan yang terkini: Cerita buat Para Kekasih

Gunawan Maryanto adalah seorang sutradara, aktor dan penulis. Lahir di Jogjakarta, 10 April 1976. Bekerja sebagai Associate Artistic Director di Garasi Performance Institute. Bukunya yang telah terbit antara lain Waktu Batu (naskah lakon, ditulis bersama Andre Nur Latif dan Ugoran Prasad), Bon Suwung, Galigi, Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya, Usaha Menjadi Sakti, Sejumlah Perkutut Buat Bapak—mendapatkan Hadiah Sastra Khatulistiwa, The Queen of Pantura dan yang terbaru: Pergi ke Toko Wayang

Komang Ira Puspita lahir di Denpasar, 31 Mei 1986. Sedang menekuni dunia teater. Aktif sebagai relawan komunitas Blood for Others region Jogja (@bfojogja). Kini menetap di Yogyakarta. Puisi dan cerpen telah dimuat di beberapa media massa seperti Bali Pos, Kompas, Tempo, Jurnal Puisi, Block Note, Paradox, Culture Magazine, Jurnal Sundih, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Padang Ekpress. Bukunya yang terbaru: Kau Bukan Perawan Suci yang Tersedu.

Naomi Srikandi telah menjadi aktor Teater Garasi sejak tahun 1994, ketika ia belajar Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. Salah satu karya fiksinya terpilih dalam 20 Cerpen Terbaik Indonesia dan diterbitkan oleh Pena Kencana Literary Awards dan Gramedia Pustaka Utama (2008 dan 2009). Pada 2010 dan 2011, Naomi menerima hibah EWA Yayasan Kelola untuk proyek-proyek penampilannya Medea Media dan Goyang Penasaran. Naomi pun pernah mengikuti residensi seniman yang diselenggarakan oleh Nottle Theatre Company- Hooyong Performing Arts Centre, DasArts Master School of Theatre, Amsterdam pada 2012.

Puthut EA lahir di Rembang, 28 Maret 1977. Ia telah banyak menulis buku. Ia juga menyunting buku, dan terlibat beberapa proyek penelitian, dengan tema mulai dari sejarah, kebudayaan, pendidikan, politik lokal, sampai kesehatan. Bukunya yang telah terbit di antaranya Sebuah Kitab yang Tak Suci, Dua Tangisan pada Satu Malam, Isyarat Cinta yang Keras Kepala, Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali, Sarapan Pagi Penuh Dusta, Kupu-Kupu Bersayap Gelap, Orang-orang yang bergegas, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu dll

Diskusi dan Peluncuran Buku Kumpulan Esai 20 tahun Teater Garasi

Diskusi Buku Bertukar Tangkap dengan Lepas; Sesilangan dan Lintasan 20 Tahun Teater Garasi dalam Esai
Pembicara: Nirwan A. Arsuka, Dede Pramayoza, Invani Lela Herliana
Moderator: Naomi Srikandi
30 Januari 2015 15.30-17.30 WIB
Studio Teater Garasi/Garasi Performance Institute
Nitiprayan 164B Ngestiharjo kasihan Bantul Yogyakarta 55182

Perihal Buku Bertukar Tangkap dengan Lepas

Sejak mula, bidang teater dan pertunjukan yang didiami Teater Garasi/Garasi Performance Institute adalah suatu bidang multi-disiplin; ia hanya bisa diwujudkan oleh campuran beragam bentuk seni, entah itu seni rupa, sastra, akting, gerak, dan musik. Sebagai suatu kolektif seniman, Teater Garasi/Garasi Performance Institute juga hanya bisa terwujud oleh kehadiran berbagai subyek, baik seniman, peneliti, aktivis, maupun pekerja admistratif yang datang dari beragam disiplin seni dan sosial-budaya. Isu-isu yang selama ini diolah oleh Teater Garasi pun adalah isu yang dimiliki oleh pelaku, produser seni, maupun penonton dan warga kebanyakan, entah itu isu politik, sosial, dan budaya. Pola keterhubungan sosial dari situs teater juga terus berlanjut ketika Teater Garasi/Garasi Performance Institute selalu meletakkan produksinya di ruang publik, suatu moda produksi yang membuat Teater Garasi/Garasi Performance Institute selalu bekerja bersama-sama dengan organisasi dan unit kerja pendukung di luar dirinya.

Dari latar di atas, Teater Garasi/Garasi Performance Institute menyadari pentingnya terus mendorong berbagai refleksi kritis baik atas posisi dan potensi Teater Garasi/Garasi Performance Institute di medan kebudayaan Indonesia maupun atas kebutuhan-kebutuhan mendasar atas teater dan seni budaya di Indonesia pada umumnya.

Kumpulan ini berupa ragam tulisan mandiri para pengamat dan rekan-kerja teater, seni, dan kerja kebudayaan yang lebih luas yang secara umum berangkat dari dua titik tolak: pertama, melalui refleksi dan kritik umum dan khusus atas kerja-kerja yang sudah, sedang, atau yang seharusnya dikerjakan Teater Garasi/Garasi Performance Institute. Titik tolak ini memungkinkan perbandingan antara beberapa kerja Teater Garasi/Garasi Performance Institute yang membincang suatu topik khusus. Kedua, diskursus seni-budaya dan pandangan-pandangan khusus atas repertoar Teater Garasi/Garasi Performance Institute tertentu, baik itu karya-kerja teater maupun kerja-kerja yang berupaya turut ambil bagian dalam mengembangkan infrastruktur seni pertunjukan di Indonesia.

Para penulis yang terhimpun dalam buku ini—berdasar urutan tulisan—adalah: Barbara Hatley (Teater dan Bangsa, Dulu dan Sekarang), Gunawan Maryanto (Repertoar Hujan; Sebuah Ingatan), Alia Swastika (Teater Garasi Dua Dasawarsa: Pandangan Politik Kaum Muda), Wicaksono Adi (Fragmen, Parade Bentuk, Referensi), Yudi Ahmad Tajudin (Kisah-Kisah Perayaan Bersama dalam Tubuh Ketiga), Afrizal Malna (Teater Garasi Setelah Biografi Seorang Penonton), Farah Wardani (Tubuh yang Keras Kepala. Antara Arsip & Repertoar: Menonton Kembali, Membaca Kembali Garasi), Nirwan Dewanto (Dua Belas Fragmen), Jennifer Lindsay (Ruang-Ruang Ketiga), Landung Simatupang (Teater Garasi, Sekelumit Catatan dari Keterlibatan Saya), Yoshi Fajar Kresno Murti (Menenun Sejarah Ruang. Membaca Teater Garasi Melalui Je.ja.l.an, Tubuh Ketiga dan Goyang Penasaran), Marco Kusumawijaya (Mempertunjukkan Kota), Intan Paramaditha (Goyang Penasaran: Catatan dan Perjalanan) dan Goenawan Mohamad (Catatan Kecil Tentang Teater). Dan buku ini secara khusus disunting oleh Nirwan Ahmad Arsuka.

Perihal Diskusi

Diskusi akan berlangsung pada tanggal 30 januari 2015 pukul 15.30 – 17.30 WIB di Studio Teater Garasi/Garasi Performance Institute dengan menghadirkan 3 orang pembicara atau pelontar percakapan: Nirwan Ahmad Arsuka (Jakarta), Dede Pramayoza (Padangpanjang) dan Invani Lela Herliana (Yogyakarta) dengan moderator Naomi Srikandi (Teater Garasi).

Diskusi akan dibuka dengan tanggapan Dede Pramayoza, seorang staf pengajar di ISI Padangpanjang yang saat ini tengah merampungkan studi S3-nya di Yogyakarta. Dede akan melihat apa dan bagaimana relevansi tulisan-tulisan yang terhimpun dalam buku ini bagi perkembangan teater khususnya dan seni pertunjukan di Indonesia pada umumnya. Selain itu Dede juga akan memapar lanskap teater/seni pertunjukan di Padangpanjang sebagai sebuah sebuah contoh kasus geliat dan pertumbuhan teater di luar Teater Garasi/Garasi Performance Institute.

Diskusi dilanjutkan dengan pembacaan Invani Lela Herliana, salah satu penggerak ketjilbergerak: komunitas anak muda yang berkomitmen pada kerja-kerja budaya yang bersifat kolaboratif. Vani akan mencoba melihat dan membandingkan pergerakan 20 tahun Teater Garasi/Garasi Performance Institute dengan apa yang saat ini ia lakukan bersama dengan komunitasnya: apa yang tetap dan berubah dengan anak-anak muda di Yogyakarta. Dan strategi macam apakah yang mesti diambil sekarang berkait dengan dinamika pergerakan budaya yang melibatkan anak-anak muda.

Dan terakhir Nirwan A. Arsuka akan memberikan catatan dan amatannya atas sejumlah tulisan yang ada di dalam buku Bertukar Tangkap dengan Lepas; Sesilangan dan Lintasan 20 Tahun Teater Garasi dalam Esai. Dan mencoba menautkannya dengan paparan pembicara-pembicara terdahulu.

Dari diskusi ini diharapkan tulisan-tulisan di dalam buku ini bisa berpantulan dengan praktik-praktik seni pertunjukan atau praktik seni pada umumnya yang tengah berlangsung hari ini.

Biodata

Nirwan Ahmad Arsuka lahir di Kampung Ulo, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Selama setahun, ia terdaftar sebagai mahasiswa Kedokteran Umum dan Teknik Arsitektur, Universitas Hasanuddin, Makassar. Ia lalu pindah ke Yogykarta dan meraih gelar Sarjana Teknik Nuklir di Universitas Gadjah Mada pada 1995. Kini menetap di Jakarta.

Dede Pramayoza adalah dosen Seni Teater ISI Padangpanjang sekaligus dramaturg dan sutradara Teater Tambologi. Putra asal Muaralabuh kelahiran Cimahi pada Agustus 1980 ini menulis sejumlah artikel dan esai tentang seni pertunjukan dan budaya, yang dipublikasikan di beberapa jurnal seni, kumpulan tulisan, dan koran lokal Sumatera Barat. Selain sempat menjadi Komite Teater Dewan Kesenian Sumatera Barat (2007-2010) ia juga menulis buku Dramaturgi Sandiwara (Ombak, 2013) serta mengedit beberapa buku seni, antara lain buku Lono Simatupang berjudul Pergelaran (Jalasutra, 2013), dan buku Hasnah Sy berjudul Seni Tari dan
Tradisi yang Berubah (Mediakreativa, 2013). Ia juga menyutradarai sejumlah karya, antara lain Ovullum dan Segumpal Darah (2008), Tambo Gustaf (2013) dan End Game (2014). e-mail: ddpramayoza@gmail.com

Invani Lela Herliana aktif sebagai manajer di ketjilbergerak, komunitas kreatif berbasis anak muda dan aktivisme sosial sejak 2006. Seluruh aktivitasnya bisa disimak melalui www.ketjilbergerak.org

Telah Terbit! Bertukar Tangkap dengan Lepas; Sesilangan dan Lintasan 20 Tahun Teater Garasi dalam Foto

 

COVER_bertukar_FOTO_mukaBertukar Tangkap dengan Lepas: Sesilangan dan Lintasan 20 Tahun Teater Garasi dalam Foto

Editor:
Budi N.D. Dharmawan

Foto Sampul Depan dan Belakang:
Mohamad Amin

Perwajahan dan Tata Letak:
Gamaliel W. Budiharga

Edisi Terbatas, Desember 2014

ISBN 978-602-19208-6-2

Diterbitkan pertama kali oleh
Teater Garasi/Garasi Performance Institute
Nitiprayan No. 164 B, RT 04 RW 20 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55182 Telp/Faks: 0274-415844 email: garasi@teatergarasi.org www.teatergarasi.org

Harga: Rp. 225.000,00 + Ongkos Kirim
Pemesanan: lusi@teatergarasi.org atau sms 087839298113

 

Di luar itu, melalui foto-foto ini saya jadi turut menyaksikan perkembangan Garasi sebagai sebuah kelompok dan orang-orang di dalamnya selama kurun waktu 1993–2013. Yang dahulu kurus, kini gemuk; yang dahulu sendirian, kini telah berkeluarga dan punya momongan; yang dahulu sutradaranya satu, kini masing-masing orang di dalamnya didorong untuk berkreasi; yang dahulu di kampus, kini mandiri, bahkan baru-baru ini menjadi satu dari sebelas penerima Penghargaan Pangeran Claus dari Kerajaan Belanda di Amsterdam.

Dua puluh tahun adalah jangka waktu yang panjang, agak sulit dimampatkan menjadi sebuah terbitan yang diupayakan tidak terlalu tebal, demi kenyamanan Pembaca. Mudah-mudahan foto-foto yang dipilih untuk ditampilkan dapat merepresentasikan naik-turun Teater Garasi selama ini. (Budi N.D. Dharmawan)

Kami mengundang Budi N.D Dharmawan untuk menemani kami mengunjungi kembali gunungan foto-foto itu, sebab khawatir kami melulu sekedar asyik  dengan sudut pandang kami sendiri. Ia kami kira punya mata yang tajam dan cermat; percakapan kerangka editorialnya dengan kami, yakni Yudi Ahmad Tajudin, Gunawan Maryanto, dan saya sendiri, menunjukkan bagaimana kumpulan ini mungkin membentang potensinya. Bersama Gunawan Maryanto, Budi lalu mengarsir ribuan foto itu dan memilahnya sehingga bisa dijejalkan ke dalam kumpulan di buku ini. Pilihan editorial yang kami sepakati bersama menuntun proses pemilahan mereka: kami tertarik mengujungi detil dalam periode perjalanan kami, yakni cerita-cerita di sisi dan di belakang panggung, juga di lobi dan di kursi penonton, sebelum dan sehabis pertunjukan. Kami membongkar foto-foto latihan, penelitian, sesi diskusi, sesi rapat, juga foto-foto saat berkumpul tanpa kegiatan, saat sedang berfoto, yakni foto-foto kegiatan tak bemutu yang menjadi alasan kenapa foto bermutu itu perlu, dan sebaliknya. Tentu ada karya-karya fotografi professional –terutama deret karya foto pertunjukan sahabat kami lebih dari satu dekade terakhir, Mohammad Amin– tapi tak semua. Malah sebagian besar di antara foto arsiran diambil dari hasil kerja fotografer-giliran. Budi rupa-rupanya sangat tertarik dengan foto-foto tak profesional ini, mungkin sebab demikian acak namun sekaligus terpola. (Ugoran Prasad)

Kredit Foto

Teater Garasi mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para fotografer yang tersebut di bawah ini, kepada mereka yang telah mengabadikan perjalanan kami dari waktu ke waktu melalui bidikan-bidikan terbaiknya, yang membuat perjalanan 20 tahun kami memiliki jejak berupa gambar-gambar yang akan terus berbicara, berkabar, mengingatkan, dan memetakan perjalanan itu sendiri—gambar-gambar yang memaknai perjalanan kami dengan caranya sendiri: Akiq Aw | Andri Nur Latif | Andy Seno Aji | Asa Rahmana | Bahar Sukoco | Benny Prasetyo | Berto Gesit | Budi Adi | Dirmawan Hatta | Hafiz Maulana | Harisinthu | Iwan Prananto | Jamaluddin Latif | Jean-Pascal Elbaz | Lelaki Budiman | Lusia Neti Cahyani | Mohamad Amin | Peter Johan | Suratman | Suryo Wiyogo | Titok Harianto | Tomomi Yokosuka | Wimo Ambala Bayang | Witjak Widi Cahya | Yetti Lutiyan | Yoppie Irawan

Juga beberapa nama yang dengan menyesal tidak bisa kami identifikasi terutama pada foto-foto awal perjalanan kami. Sekali lagi terimakasih telah menyertai perjalanan kami.

Penerbitan buku ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation

Judul “Bertukar Tangkap dengan Lepas” dipinjam dari puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dalam buku “Nyanyi Sunyi” (1937)