Workshop Sonic Willderness


Sonic Wilderness
merupakan praktik terbuka yang membawa musisi, seniman, akademisi, dan siapapun yang mempunyai ketertarikan, untuk terlibat secara bebunyian dengan alam dan ruang publik.

Penekanan praktik ini adalah pada mendengarkan, berinteraksi, berkolaborasi, dan bermain bersama dengan bunyi apapun yang dapat ditemukan dengan menjelajahi ruang-ruang.

Inisiatif ini diinisiasi oleh seniman Antye Greie-Ripatti (AGF) dan telah diadakan di berbagai lokasi dan wilayah sejak tahun 2011. Di Yogyakarta, Sonic Wilderness berfokus pada praktisi musik wanita.

Lima seniman/proyek perempuan dari berbagai disiplin dan negara yang telah diundang untuk bekerja sama: Asa Rahmana (ID), Ayu Saraswati (ID), Joee and I (PH), Menstrual Synthdrone (ID) dan Sarana (ID).

Pada hari Minggu, 7 Oktober 2018, dilangsungkan workshop terbuka untuk umum dengan mengundang seniman perempuan potensial, praktisi musik, mahasiswa, dan penonton yang tertarik untuk bergabung bersama partisipan Sonic Wilderness. Workshop terbuka ini berlangsung dari pukul 16.00 – 18.00 WIB di studio Teater Garasi.

Workshop dimulai dengan perkenalan, instruksi sederhana dan latihan kolaboratif. Dalam workshop ini para peserta dipersilahkan, namun tidak wajib, untuk membawa alat/instrumen musik kecil.

Teater Garasi/Garasi Performance Institute turut berduka dan berdoa untuk korban bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala. Bagi rekan-rekan yang ingin ikut meringankan beban saudara-saudara kita di sana, donasi bisa disalurkan melalui tautan rekan-rekan kelompok seniman yang melakukan penggalangan bantuan berikut ini dari LIFEPATCH dan FORUM SUDUT PANDANG.


Diambil dari akun Instagram LIFEPATCH (@lfptch):
Bersama ini, kami berinisiatif untuk menggalang bantuan bagi warga di Palu. Bantuan yang akan disalurkan berupa powerbank tenaga surya dan penerangan darurat tenaga surya.
Bantuan akan kami salurkan melalui teman-teman Forum Sudut Pandang (@forumsudutpandang) yang berbasis di Palu dan Muhammad Rais (@ricedoank) yang akan mendistribusikan logistik dari Makassar.

Demi pencatatan, kami mohon untuk melakukan konfirmasi pengiriman dana dengan mengirimkan bukti transfer lewat WhatsApp ke nomor 0817 547 1005 (Ucok). Kami akan merahasiakan nama kawan-kawan yang tidak ingin disebutkan namanya.


Diambil dari akun Instagram FORUM SUDUT PANDANG (@forumsudutpandang):
Halo teman-teman semua kami @indorelawan @pamfletgenerasi & @forumsudutpandang bermaksud menggalang bantuan untuk membantu masyarakat Palu dalam pemulihan pasca gempa-tsunami.

Bantuan ini akan kami salurkan melalui @forumsudutpandang yang membuka posko di Kota Palu.

Mempertimbangkan faktor keamanan, bantuan tunai diutamakan untuk membeli kebutuhan di pasar-pasar yang sudah mulai buka di Palu.

Bantu Palu demi pemulihan yang cepat!

Salurkan bantuan dengan berdonasi melalui:
Pamflet
Mandiri a/n Perkumpulan Pamflet Generasi
127-000-6828-238
Forum Sudut Pandang
BCA a/n Rahmadiyah Tria Gayathri
7920-629-878

Konfirmasi bantuan melalui sms ke:
Rizki (0821-3635-5471)
Konfirmasi Transfer: (Nama)-(Rekening & Nama Bank)-(Jumlah Donasi)

Update distribusi bantuan akan dilakukan melalui akun instagram @forumsudutpandang. Forum Sudut Pandang adalah komunitas seniman muda di Palu yang fokus pada isu sosial dan budaya.

#palukuat #lfptch #prayforpalu #forumsudutpandang

Pentas AntarRagam 2018 Seri I: Remo Teater Madura

Remo Teater Madura (RTM), festival seni pertunjukan yang juga berisi pameran seni rupa, forum diskusi dan workshop, sore, 28 September 2018, secara resmi dibuka. Festival yang berlangsung selama tiga hari (28-30 September 2018), dan mengambil tempat di Vihara Avalokitesvara, Pamekasan, dibuka oleh Bapak Kosala, Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara, dan Fikril Akbar, ketua panitia Remo Teater Madura, diiringi dengan kesenian klenengan dari Vihara Avalokitesvara.

Di hari pertama RTM dua nomor pertunjukan dipentaskan: Sangkal dari Lorong Art (Pamekasan) dan SAPAmêngkang dari Ujicoba Teater (Sampang). Setelah pertunjukan, diadakan diskusi forum kreator. Selain itu, di hari dan waktu yang sama, RTM membuka pameran 20 karya seni rupa dari seniman rupa Madura, baik yang tinggal di dalam maupun di luar pulau Madura. Pada pagi hari, telah diselenggarakan workshop Manajemen Komunitas bersama Adin dari kolektif Hysteria, Semarang.

Di hari kedua, menampilkan 3 nomor pertunjukan dari Sanggar Genta, Suvi Wahyudianto, dan Komunitas Masyarakat Lumpur. Masih berlangsung pula workshop Manajemen Komunitas dan pameran seni rupa.

Pada hari ke tiga, sekaligus penutupan RTM, mementaskan 3 nomor pertunjukan masing-masing dari Hari Ghulur (Surabaya) bersama Sawung Dance Studio, Moh. Wail (Bandung), dan Kikana Art (Sampang).

Remo Teater Madura adalah bagian dari program interaksi Teater Garasi dengan seniman dan komunitas di Madura, dalam kerangka program AntarRagam (Performing Differences). Dirancang bersama dengan komunitas teater dan komuntas Vihara Avalokiteswara di Pamekasan, RTM adalah forum pertemuan antar seniman Madura, baik yang tinggal dan bekerja di Madura maupun seniman yang tinggal dan bekerja di luar Madura (diaspora) dalam upaya membangun infrastruktur pengetahuan kesenian di Madura. Festival ini juga merupakan upaya menguatkan serta mengembangkan interaksi inter-kultural melalui kesenian, antara pelaku kesenian dengan warga Madura yang beragam.

 



__
Pentas AntarRagam 2018 seri I bersama Remo Teater Madura telah usai. Festival seni yang diselenggarakan di Vihara Avalokitesvara, Pamekasan, selama 3 hari, dari tanggal 28 hingga 30 September 2018, ini telah berhasil menggelar 8 karya seni pertunjukan dengan diskusi produktif forum kreator di dalamnya, 20 karya dalam pameran seni rupa, workshop Manajemen Komunitas, dan diskusi tema Berpijak Pada Tanah, serta seni klenengan dan pagelaran wayang.

Selamat untuk seluruh tim kerja dan seniman/kelompok seni yang telah berpartisipasi dalam Remo Teater Madura. Terima kasih kepada para penonton dan warga Pamekasan yang telah hadir dan berinteraksi tidak hanya dengan karya seni yang digelar tapi juga dengan lingkungan serta komunitas Vihara, yang telah ada ratusan tahun di Pamekasan. Semoga interaksi antar komunitas dan warga yang terjadi dalam RTM kemarin ini bisa ikut menguatkan dialog dan kohesi sosio-kultural di Pamekasan dan Madura secara umum.

Teater Garasi/Garasi Performance Institute juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya Remo Teater Madura: Bapak Kosala Mahinda beserta pengurus Vihara Avalokitesvara, Dewan Kesenian Pamekasan, Kepala Desa Polagan dan Masyarakat Dusun Candi, serta seluruh seniman dan komunitas seni di Madura.

Saat ini Teater Garasi tengah menyiapkan seri pentas yang kedua, Festival Nubun Tawa, bersama mitra di Flores Timur. Festival Nubun Tawa akan berlangsung tanggal 5 – 7 Oktober 2018.

Bekerja sama dengan pemerintah daerah Flores Timur, mitra Teater Garasi di kota Larantuka akan merespon dan menyegarkan Festival Seni dan Budaya Flores Timur yang selama ini telah menjadi agenda tahunan Dinas Pariwisata Flores Timur. Festival Nubun Tawa yang akan diselenggarakan di Kecamatan Lewolema, dirancang bersama-sama antara komunitas anak-anak muda, masyarakat desa, dan pemerintah daerah Flores Timur, sebagai upaya untuk menghidupkan dan menjaga budaya sebagai perekat keberagaman di bumi Lamaholot. Keterlibatan komunitas/masyakarakat di 7 desa di Kecamatan Lewolema menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan Festival Seni dan Budaya Flores Timur menjadi festival berbasis masyarakat/komunitas.

Sesuai dengan namanya, Festival Nubun Tawa akan banyak menampilkan kegiatan dan acara yang merefleksikan keunikan dan keindahan budaya Lamaholot.

Pai Taan Tou! Sampai jumpa di Lewolema.

3 Festival; Perayaan Atas Keberagaman

Di awal tahun 2017, Teater Garasi/Garasi Performance Institute, dengan dukungan Ford Foundation memulai sebuah program bernama Performing Differences—dalam versi Indonesia Teater Garasi menyebutnya dengan AntarRagam—di Madura dan Flores. AntarRagam (Performing Differences) adalah inisiatif baru Teater Garasi dalam menjalin kontak dan pertemuan-pertemuan dengan seniman dan anak-anak muda di beberapa kota di luar pulau Jawa untuk mengidentifikasi serta memberdayakan modal sosial dan kultural mereka dalam membaca, mendiskusikan serta mementaskan kegelisahan (concern) atas isu perubahan dan keberagaman sosio-kultural di lingkungan masing-masing. Dengan kerangka semacam ini diharapkan suatu proses pertukaran pengetahuan dan proses belajar bersama dapat diberlangsungkan.

Kontak dan pertemuan yang berlangsung sejak tahun 2017 itu menggulirkan sejumlah peristiwa penciptaan dan interaksi publik yang digagas dan dilakukan oleh mitra-mitra Teater Garasi di Madura, Maumere dan Flores Timur. Di akhir tahun 2017, sejumlah karya dan proyek seni yang dirangkum dalam Seri Pentas AntarRagam berlangsung di kota Bangkalan, Pamekasan, Maumere, dan di desa Lamahala dan Waiburak, Adonara Timur, Flores Timur.

Tahun 2018 ini, Teater Garasi akan mendukung dan bekerja bersama mitra-mitra Teater Garasi di Madura dan Flores dalam menyelenggarakan:

1. Remo Teater Madura
“Berpijak Pada Tanah”
     Di Vihara Avalokiteswara, Pamekasan, 2830 September 2018

Remo Teater Madura (RTM) adalah festival seni pertunjukan dan forum pertemuan antar seniman Madura, baik seniman yang tinggal dan bekerja di Madura maupun seniman yang tinggal dan bekerja di luar Madura (diaspora) guna membangun infrastruktur pengetahuan kesenian yang baik melalui program seperti pertunjukan, pameran, diskusi, dan workshop.

Remo adalah tradisi ‘arisan’ dan/atau ‘pertemuan’ di mana warga dapat membangun hubungan sosial dengan warga lainnya. Remo juga berfungsi sebagai media perkumpulan dalam rangka agenda musyawarah untuk membicarakan soal-soal yang dihadapi warga.

“Berpijak Pada Tanah” adalah tema utama festival seni pertunjukan ini. Sebagai satu cara seniman Madura untuk (1) ‘terlibat’ dalam wacana dan isu sosial di Madura dan (2) menawarkan diskusi dengan ragam sudut pandang pembacaan atas tanah melalui beberapa karya-karya seniman Madura yang ditampilkan dalam festival.

Remo Teater Madura “Berpijak Pada Tanah” akan diberlangsungkan di Vihara Avalokiteswara Kabupaten Pamekasan, salah satu situs pertemuan kebudayaan yang bersejarah di Nusantara, juga sebagai suatu cara untuk membangun dan menguatkan dialog kebudayaan di dalam masyarakat yang beragam. Festival ini akan menghadirkan karya-karya seniman (di) Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep) dan seniman-seniman Madura yang sudah tidak bermukim di Madura, seperti Suvi Wahyudianto, Hari Ghulur dan Moh. Wail Irsyad. Tak hanya teater, RTM juga menghadirkan pertunjukan tari, performance art, pameran seni rupa, diskusi, dan workshop.

2. Nubun Tawa Festival Seni dan Budaya Flores Timur 2018
     “Pai Taan Tou!”
     Lewolema, 5 – 7 Oktober 2018

Nubun Tawa Festival Seni dan Budaya Flores Timur 2018 “Pai Taan Tou!” akan berlangsung di Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur. Menampilkan beragam ekspresi seni-budaya masyarakat Flores Timur, kekayaan alam Lewolema, pertunjukan dari komunitas-komunitas seni di Flores Timur, juga pertunjukan tamu dari seniman-seniman dari luar NTT seperti: Darlene Litaay (seniman dan koreografer Papua), Ruth Marini (seniman teater nasional) dan Yasuhiro Morinaga (komposer Jepang), serta Iwan Dadijono (penari dan koreografer dari Yogyakarta).

Nubun Tawa Festival Seni dan Budaya Flores Timur 2018 “Pai Taan Tou!” adalah sebuah format baru, penyegaran dan pengembangan, dari Festival Seni-Budaya Flores Timur yang sudah berlangsung sejak 2014. Di tahun ini, berdasar pertumbuhan dan evaluasi penyelenggaraan Festival Seni Budaya Flores Timur yang sudah berlangsung sejak tahun 2014, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, bersama Teater Garasi/Garasi Performance Institute, Komunitas Masyarakat  Lewolema dan komunitas seni di Flores Timur merancang bentuk baru festival ini. Perubahan format ini ingin kembali menegaskan bahwa  Festival Seni-Budaya Flores Timur adalah peristiwa budaya, sebuah pesta rakyat, sebuah festival berbasis masyarakat yang mampu mengakomodir potensi desa sebagai lokus hidup masyarakat.

Secara tematik, Nubun Tawa Festival Seni-Budaya Flores Timur lahir dari kesadaran akan pentingnya menghidupkan dan menjaga budaya yang menjadi perekat keberagaman yang ada di bumi Lamaholot Flores Timur.

Nubun Tawa yang bermakna: “lahir/tumbuhnya generasi muda” adalah spirit sekaligus dukungan terhadap generasi muda agar percaya diri serta memiliki keberanian memungut kembali kepingan-kepingan kebudayaan yang dibiarkan mati selama hampir setengah abad. Festival ini diharapkan menjadi gerakan bersama memajukan diri dan masyarakat. Membangun daya hidup, spirit bekerja dan berkarya.

3. MAUMERELOGIA III 2018
“Tsunami Tsunami”
     Maumere, 2 – 10 November 2018

Pada Desember 2017 yang lalu, Komunitas KAHE bekerjasama dengan Teater Garasi/Garasi Performance Institute, mengadakan sebuah kegiatan bertajuk M 7.8 SR: Pameran, Diskusi, dan Pertunjukan (Refleksi Tsunami di Maumere dalam Memori, Perubahan, dan Ancaman). Dalam program ini, Komunitas KAHE mengangkat peristiwa tsunami Flores dan Maumere khususnya sebagai titik pijak refleksi dan eksplorasi kesenian. Tema ini dipilih, didasari oleh kegelisahan para seniman yang terlibat dalam M 7.8 SR (yang rata-rata hidup dalam generasi milenial), terhadap peristiwa tsunami yang kian dilupakan, sekaligus menjadikan refleksi tentang peristiwa tsunami tersebut sebagai teropong untuk melihat keadaan Flores, khususnya Maumere.

Pada tahun 2018 ini, KAHE berencana mengembangkan isi maupun cakupan resepsi dari beberapa bentuk presentasi yang sudah dimulai pada Desember lalu, melalui penerbitan buku antologi tulisan (esai, cerpen, puisi), pertunjukan teater, dan pameran. MAUMERELOGIA III akan melibatkan (mengundang) partisipan yang lebih luas yaitu komunitas teater pelajar dan komunitas seni di Flores dan Timor: Coloteme Art Movement (Kupang), Teater Sesado (Seminari San Dominggo, Hokeng), Teater Evergrande (SMA Syuradikara, Ende), Teater Sun Spirit (Labuan Bajo). Adapun komunitas teater dari Maumere yang akan berpartispasi dalam MAUMERELOGIA III adalah Teater Dala (IKIP Muhammadiyah), Komunitas Teater UNIPA, Teater STFK Ledalero, Teater Refrein (SMAS John Paul II), Teater SMA Frateran, Teater Seminari Bunda Segala Bangsa, Teater SMAN II Maumere, Teater SMAK Alvares Paga, dan Teater SMAK Bhaktiyarsa Maumere.

MAUMERELOGIA adalah sebuah festival sastra, teater dan seni pertunjukan yang diselenggarakan setiap tahun oleh Komunitas KAHE – Maumere. MAUMERELOGIA pertama kali digelar pada tahun 2016, melibatkan komunitas-komunitas teater yang ada di Maumere.

Berawal dari tujuan sederhana, yaitu untuk menciptakan ruang dan medan (uji coba) bagi kreasi serta apresiasi sastra dan teater di kota Maumere, MAUMERELOGIA kini secara sadar coba dibangun sebagai medium produksi pengetahuan, ekspresi argumentasi politis sebagai respon terhadap isu-isu sosial yang ada, terjadi, dan dialami dalam tubuh masyarakat kota Maumere dan NTT pada umumnya. Isu-isu sosial ini juga kemudian diproyeksikan dan direfleksikan dalam konstelasi yang lebih luas, yaitu situasi Indonesia saat ini.

*Informasi lebih lanjut silakan berkunjung ke www.antarragam.net atau akun media sosial Teater Garasi/Garasi Performance Institute.

Cabaret Chairil: Kediaman (Home/Stillness) Vol. II


Menelaah
isu ‘Kediaman’ baik sebagai tempat atau keadaan, berarti bukan memposisikannya hanya sebagai soal lanskap ruang atau situs geografis. Kediaman juga merupakan ruang yang dibentuk secara eksistensial oleh mereka yang hidup di dalamnya dan oleh yang mengalami bentuknya. Kediaman menjadi lanskap bagi kontestasi yang sosial dan yang personal. Situs yang dikontruksi oleh sebuah mekanisme yang memediasi setiap pemahaman subjek yang terlibat di dalamnya.

Berbeda dengan format presentasi dan ruang kepenontonan volume pertama yang lebih terpusat di studio Teater Garasi, kali ini peristiwa di Cabaret Chairil akan diperluas ke ruang-ruang lain di dalam lingkungan Teater Garasi. Perluasan ini dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan setiap seniman yang menawar model pertunjukan yang berbeda-beda dalam menciptakan pengalaman dan diskursus atas isu yang diminatinya.

Pada Vol. II ini kami mengundang 3 seniman/kolektif yang sedang bekerja dengan batas-batas serta spektrum antara domain privat dan publik; bahasa dan pengalaman; keintiman dan keberjarakan, mitos dan kehidupan sehari-hari; perasaan individu dan fenomena universal. Ketiga seniman/kolektif itu adalah: Dea Widya (Bandung), Yola Yulfianti (Jakarta), dan MN Qomaruddin bersama Performer Studio Teater Garasi (Yogyakarta).

Unhomely, Dea Widya akan menawar kehadiran waktu untuk terlibat di dalam karyanya. Sebagai performance artist yang berlatar belakang arsitektur, Dea memilih debu sebagai material sekaligus objek yang mempunyai sisi uncanny, mengungkap memori bagi dirinya dan bagi orang lain terutama warga Yogyakarta ketika dihadapkan pada isu kediaman atau rumah. Dea akan melakukan performance selama Cabaret Chairil berlangsung, menginstal debu dengan kemampuan desain interiornya di berbagai bidang datar dan sudut rumah Teater Garasi. Debu yang diinstal adalah debu yang dikumpulkannya sendiri selama 3-4 hari dari rumah lamanya di Cepu yang sudah 5 tahun tidak berpenghuni dan dari Gunung Merapi. Ketika memori selalu berkaitan dengan yang tidak menyenangkan dan terbenam membentuk subjektifitas seseorang, performance ini berusaha mengintervensinya dengan memberinya desain/bentuk, memperlihatkannya, dan membiarkannya tersapu bersama waktu.

Inter-FACE, merupakan proyek ‘mempersempit’ atau ‘memperkecil’ ruang gerak dalam praktik koreografi Yola Yulfianti, setelah beberapa tahun terakhir merespon isu-isu ruang hidup perkotaan (Jakarta). Proyek ini dikerjakan berdasarkan pertanyaan atas batas-batas tubuh dalam mengetahui dan merasakan di dalam peristiwa insidental. Ketika pengetahuan atas tubuh dipengaruhi oleh bangunan sosial dan dibahasakan, kenapa tetap ada pengalaman-pengalaman tubuh yang tidak dapat terbahasakan di peristiwa tertentu? Seperti ada kemampuan tubuh untuk memaksimalkan mengalami kenikmatan intim di dalam ruang diskursif atas tubuh (aturan). Yola kemudian memulai serangkaian percobaan, bekerja dengan penciuman (aroma) dan sentuhan (hormon) di dalam ruang-ruang privat bersama penarinya. Sebagai upaya untuk secara sadar memberi habitus baru pada tubuhnya, mencoba untuk mencari akses mengalami pengalaman yang serupa. Pertunjukan ini akan dilakukan oleh dua orang yang membawa kodefikasi pengalaman dari percobaan yang telah dilakukan, dan berlangsung selama 30 menit di studio Teater Garasi, di depan penonton, dan bermulai dari situasi dan kondisi paling minim.

Sisa-Sisa Percakapan, adalah proyek pertunjukan yang diinisiasi oleh M.N. Qomaruddin dan dikerjakan bersama-sama dengan Performer Studio Teater Garasi. Proyek ini bergegas dari keinginan untuk membangun narasi kolektif antara performer dan penonton ihwal fundamentalisme, melalui kata kunci ‘mitos’ dan ‘kepenontonan’. Karya ini akan berlangsung selama tiga jam, terdiri dari tiga bagian. Masing-masing berdurasi satu jam dan berpindah-pindah dari fungsi dan watak ruang yang berbeda-beda, menggeser-geser isu fundamentalisme dari yang personal, yang sosial hingga yang politis. Pertunjukan akan bermula dari percakapan personal antara performer dan penonton dalam mengolah tegangan pemaknaan atas dua kata kunci yang seperti tidak berhubungan tersebut. Pilhan ini dilakukan untuk melihat bagaimana ruang dapat mengonstruksi percakapan dan menciptakan kode-kode performatif di antara performer dan penonton yang akan bertumbuh hingga dua jam kemudian.

Cabaret Chairil
KEDIAMAN VOL.II (HOME/STILLNESS VOL.II)
Kurator: Taufik Darwis

21-22 September 2018
Studio Teater Garasi
Jl. Jomegatan No. 164B, Nitiprayan, Yogyakarta

Jumat, 21 September 2018
10.00 – 20.00 WIB  Dea Widya (Bandung) – UNHOMELY
20.00 – 20.30 WIB  Yola Yulfianti (Jakarta) – INTER-FACE
20.30 WIB Diskusi

Sabtu, 22 September 2018
10.00 – 20.00 WIB  Dea Widya (Bandung) – UNHOMELY
18.00 – 21.00 WIB  M.N. Qomaruddin & Performer Studio (Yogyakarta) – SISA-SISA PERCAKAPAN
21.00 WIB Diskusi
__

CABARET CHAIRIL adalah ruang transit untuk menampilkan repertoar pertunjukan eksperimental lintas medium dan disiplin. Ruang transit ini adalah laboratorium kepenontonan bersama antara penonton dan penampil untuk mengelola ragam pertumbuhan gagasan, karya, dan agenda estetik. Dalam taraf tertentu, Cabaret Chairil menimbang ulang dan mengkaji berbagai konvensi avant-garde seperti dada, futurism, happening dan atau performance art.